Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Makalah manfaat puasa bagi kesehatan jasmani dan rahani

merujuk sumber yang kredibel yakni wikipedia bahwasanya dijelaskan bahwa Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan, minuman, atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa untuk periode waktu tertentu[1]. Puasa mutlak biasanya didefinisikan sebagai berpantang dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya selama satu hari (24 jam), atau beberapa hari. Puasa lain mungkin hanya membatasi sebagian, membatasi makanan tertentu atau zat. Praktik puasa dapat menghalangi aktivitas seksual dan lainnya serta makanan. Puasa, sering dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah, juga dilakukan di luar kewajiban ibadah untuk meningkatkan kualitas hidup spiritual seseorang yang melakukannya. Hal semacam ini sering ditemukan dalam diri pertapa atau rahib. Inti dari maksud dan tujuan puasa itu adalah pengekangan diri dari sebuah keinginan untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh karenanya, puasa dapat didefinisikan sebagai usaha pengekangan diri dari sebuah keinginan yang dilarang untuk mencapai sebuah tujuan.



berikut ini adalah contoh tugas makalah yakni tentang manfaat berpuasa bagi kesehatan jasmani dan rohani manusia.


BAB I
PENDAHULUAN

1.              Latar Belakang Masalah
“Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi Allah adalah Islam.” (Qs. Ali ‘Imran: 19). “Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali ‘Imran: 8).[1]
Adapun dalam potongan sebuah hadits dijelaskan, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksudkan dengan islam? Rasulullah menjawab, islam adalah mengabdikan diri kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan perkara lain, mendirikan shalat yang telah difardukan, mengeluarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan ramadhan.”[2]
Dua dalil diatas menjelaskan bahwa islam merupakan agama yang sempurna, karena islam merupakan agama yang hanya diridhoi oleh Allah. Kesempurnaan islam ditandai dengan beberapa aspek yang terdapat didalam islam bahwa islam mempunyai dasar hukum yang jelasnya hukum tersebut merupakan suatu pegangan untuk umat sendiri, yang secara luasnya hal tersebut mengatur semua aspek kehidupan dari hal terkecil sekalipun.
Adapun kesempurnaan islam dalam mengatur aspek kehidupan ditandai dengan adanya manfaat-manfaat dari apa yang telah ditetpkan untuk dijalankan oleh umat islam. Sebagai salah satu contohnya adalah puasa,  berpuasa pada hakikatnya tidak sekadar menahan lapar dan haus, tetapi merupakan latihan kita dalam menundukkan hawa nafsu. Maka dari itu puasa mempunyai pengaruh-pengaruh tersendiri bagi umat islam yang menjalankannya, baik itu pengaruh bagi jasmani ataupun bagi rohani.

1.              Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang ditentukan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.              Apa yang dimaksud dengan puasa?
2.              Bagaimana puasa dalam perspektif tasawuf?
3.              Bagaimana pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani dan rohani?

1.              Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang ditentukan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.              Untuk mengetahui pengertian puasa
2.              Untuk mengetahui puasa dalam perspektif tasawuf.
3.              Untuk mengetahui pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani dan rohani






BAB II
PEMBAHASAN

1.              Pengertian Puasa
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari atau fajar atau subuh hingga matahari terbenam atau biasa disebut maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya. Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh menjadi lebih sehat.[3]
Anjuran berpuasa terdapat beberapa dalil yang tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Adapun dalil lain terdapat dalam sebuah hadits, Dari Ibnu ‘Umar. Ia Berkata: Saya dengan Rasulullah saw. bersabda: “Apabila kamu lihat dia maka berpuasalah dan apabila kamu lihat, maka berbukalah, tetapi jika dimendungkan atas kamu, kadarkanlah baginya. (Muttafaq’ alaih)[4]
Puasa merupakan ibadah mahdhah yang pelaksanaannya harus sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Oleh karena itu, kita tidak boleh semaunya sendiri dalam mengerjakan puasa agar ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt.Rukun puasa sendiri hanya ada 2, yakni niat dan imsak.
Adapun puasa mempunyai beberapa syarat yang harus dipenuhi sebelum seorang muslim menjalankannya, syarat wajib puasa adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang diwajibkan melakukan puasa. Muslim yang belum memenuhi syarat wajib puasa maka dia belum dikenai kewajiban untuk mengerjakan puasa wajib.Tetapi tetap mendapatkan pahala apabila mau mengerjakan ibadah puasa. Syarat wajib puasa adalah sebagai berikut:
1.              Beragama Islam
2.              Berakal sehat
3.              Baligh
4.              Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)
5.              Bermukim (tidak sedang bepergian jauh)
6.              Mampu (tidak sedang sakit)[5]

1.              Puasa dalam Perspektif Tasawuf

            Puasa dalam ketentuan syariat adalah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh, sejak masuk subuh hingga masuk waktu maghrib. Sedangkan puasa dari segi rohani bermakna membersihkan semua pancaindera dan pikiran dari hal-hal yang haram, selain menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkannya yang telah
ditetapkan dalam puasa syariat.
Dalam puasa harus diusahakan keduanya berpadu secara harmonis. Puasa dari segi rohani akan batal bila niat dan tujuannya tergelincir kepada sesuatu yang haram,walau hanya sedikit. Puasa syari’at berkait dengan waktu, tetapi puasa rohani tidak pernah mengenal waktu. Terus menerus dan berlangsung sepanjang hayat di dunia dan akhirat. Inilah puasa yang hakiki, seperti yang dikenal oleh orang yang hati dan jiwanya bersih.
Puasa adalah pembersihan diatas pembersihan. Puasa tidak bermakna kalau tidak membawa pelakunya kepada kedekatan terhadap Allah. Orang awam akan cepat berbuka begitu waktu buka tiba. Tetapi orang yang rohaninya ikut berpuasa, tidak akan pernah berhenti berpuasa secara rohani walaupun secara fisik ia juga berbuka sebagaimana orang lain. Jika orang awam merasakan kebahagiaan berpuasa saat berbuka dan pada saat melihat datangnya bulan Syawal setelah satu bulan berpuasa penuh, maka lain bagi orang yang ‘arif. Orang  yang  telah  berma’rifat  lebih  mengutamakan dimensi spiritual. Ia akan menganggap  kenikmatan  berbuka  adalah pada waktu kelak ia memasuki taman surga dan menikmati segala hal di dalamnya.
Sedangkan maksud kenikmatan ketika melihat adalah kenikmatan yang diperoleh bila mereka dapat melihat Allah dengan matahati sebagai salah satu efek dari puasanya. Namun masih ada jenis puasa yang lebih tinggi, yakni puasa hakiki atau puasa yang sebenarnya. Puasa ini memiliki martabat yang lebih bagus dari kedua puasa diatas. Puasa ini adalah puasa menahan hati dari menyembah, memuji, memuja, dan mencari ghairullah (yang selain Allah).
Puasa ini dilakukan dengan cara menahan mata hati dari memandang ghairullah, baik yang lahir maupun yang batin. Namun walaupun seseorang telah sampai kepada tahapan puasa hakiki, puasa wajib tetap dibutuhkan sebagai aplikasi syari’atnya, dan sebagai cara serta sarana menggapai kesehatan fisik. Sebaliknya, jika puasa hanya memenuhi ketentuan syariat, maka hanya sebentuk kebohongan beragama semata.
Puasa merupakan tindakan rohani untuk mereduksi watak-watak kedzaliman, ketidakadilan, egoisme, dan keinginan yang hanya untuk dirinya sendiri. Inilah yang diajarkan Syekh Siti Jenar. Buahnya adalah kejujuran terhadap diri sendiri, orang lain dan kejujuran di hadapan Tuhan tentang kenyataan dan eksistensi dirinya. Dalam puasa hakiki, hati dibutakan dari pandangan terhadap ghairullah dan tertuju hanya kepada Allah serta cinta kepada-Nya. Dengan puasa hakiki inilah esensi penciptaan akan terkuak.
Manusia adalah rahasia Allah dan Allah rahasia bagi manusia. Rahasia itu berupa nur Allah, nur itu adalah titik tengah (centre) hati yang diciptakan dari sesuatu yang unik dan gaib. Hanya ruh yang tahu semua rahasia itu. Ruh juga menjadi penghubung rahasia antara Khaliq dan makhluk. Rahasia itu tidak tertarik dan tidak pernah menaruh cinta kepada selain Allah. Dengan puasa hakiki, ruh itu diaktifkan.Oleh karenanya jika ada setitik dzarrah pun cinta terhadap ghairullah, batallah puasa hakiki. Jika puasa hakiki batal maka kita mengulanginya, menyalakan kembali niat dan harapan kepada Allah di dunia dan akhirat.
Puasa hakiki hanyalah menempatkan Allah di dalam hati, menjalani proses kemanunggalan meng-Gusti-kan perwatakan kawula. Dengan puasa hakiki, maka kita akan menyadari bahwa sebenarnya puasa merupakan hadiah Allah untuk umat manusia. Sehingga bagi hamba Allah yang telah mencapai ma’rifat, akhirnya puasa wajib dan sunnah bukanlah berbeda. Secara lahiriah keduanya memang berbeda dari segi waktu dan cara pelaksanaannya,akan tetapi secara batiniah, esensi kedua jenis puasa itu tidak berbeda.
Dengan berpuasa secara hakiki, tidak ada sekat wajib atau sunnah lagi, yang ada adalah menikmati hadiah dari Allah bagi rohani kita. Sehingga dengan pemahaman dan pelaksanaan puasa yang seperti itu, maka akhirnya puasa tersebut akan mampu menjadi katalisator bagi hawa nafsu kita, dan hati akan semakin berkilau oleh bilasan nurullah. Ia akan menjadi motor penggerak bagi ruh al-idhafi, sebagai efek kebeningan hatinya yang dengan itulah keseluruhan kehidupan akan ditunjukkan menuju kearah al-Haqq, Illahi Rabbi.
Bagi Syekh Siti Jenar,  puasa hakiki akan melahirkan watak manusia yang pengasih, mengantarkan kesadaran untuk selalu ikut berperan serta mengangkat harkat dan derajat kemanusiaan, berperan aktif memerangi kemiskinan dan selalu menyertai sesama manusia yang berada dalam penderitaan.[6] Puasa hakiki adalah kesadaran batin untuk menjadikan hawa nafsu sebagai hal yang harus dikalahkan, dan ke-dzalim-an sebagai hal yang harus ditundukkan. Oleh Syekh Siti Jenar, puasa secara lahir disubstitusikan dengan kemampuan untuk melaparkan diri, bukan sekedar mengatur ulang pola makan di bulan Ramadhan, tetapi mampu membiasakan diri lapar, bukan membiarkan kelaparan. Sehingga terciptalah sistem masyarakat yang terkendali hawa nafsunya.
Hal tersebut harus dikontekstualisasikan dengan kecukupan gizi yang harus terpenuhi bagi aktivitas fisik. Yang terpenting adalah kemauan dan kesadaran
untuk berbagi, untuk tidak hanya memuaskan apa yang menjadi tuntutan hawa nafsunya. Maka demikianlah puasa dalam perspektif tasawuf bukan hanya sekedar menahan jasmani dari makan dan minum, tetapi juga menahan rohani dari pandangan dan cinta kasih selain kepada Allah swt.

1.              Pengaruh Puasa Terhadap Kesehatan Jasmani dan Rohani
Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa dihadirkannya manusia di bumi tak lain adalah untuk mengabdi kepada Allah Sang Pencipta. Karena itu, nilai dan harkat manusia sangat ditentukan oleh kapasitas peribadatannya.Setiap peribadatan (ibadah mahdhah) dalam Islam mempunyai nilai pembentukan akhlak.Dan akhlak inilah nilainya bagi manusia.
Puasa merupakan proses pembinaan akhlak selama ibadah tersebut dilakukan oleh seorang muslim, semua proses dalam puasa selama dilakukan sangat efektif untuk pembinaan akhlak dan pribadi manusia, bila benar-benar diamalkan secara ikhlas.Kekhasan ibadah puasa adalah sifatnya yang pribadi atau personal, bahkan merupakan rahasia antara seseorang manusia dengn Tuhannya. Puasa merupakan latihan dan ujian kesadaran akan adanya Tuhan Yang Maha Hadir dan yang mutlak tidak pernah lengah sedikitpun dalam pengawasan-Nya terhadap tingkah laku hamba-hamba-Nya. Kesadaran seseorang akan beradaan Tuhan itu akan menjadikan dirinya senantiasa mengontrol emosi serta perilakunya, sehinga muncul keseimbangan lahiriyah dan batiniyah.
Bila ibadah puasa ditelaah dan direnungkan akan banyak sekali ditemukan pengaruh dan manfaat psikologisnya. Misalnya saja, bagi mereka yang senang berpikir mendalam dan merenungkan kehidupan ini, maka puasa mengandung falsafah hidup yang luhur dan bagi mereka yang senang mawas diri dan berusaha turut mengahayati perasaan orang lain, maka mereka akan menemukan  prinsip-prinsip hidup yang sangat berguna. Disadari atau tidak disadari, puasa akan berpengaruh positif kepada rasa (emosi), cipta (rasio), karsa (will), karya (performance), bahkan kepada ruh, jika syarat dan rukunnya dipenuhi dengan sabar dan ikhlas.
Kemudian disamping itu puasa memiliki beberapa pengaruh yang diantaranya berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan rohani. yaitu :
1.              Pengaruh Puasa Bagi Kesehatan Jasmani

Pengaruh puasa ditinjau dari kesehatan fisik, banyak mengandung hikmah atau manfaat[7]. Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”.[8] Puasa juga memiliki pengaruh lain bagi jasmani, Beberapa pengaruh yang telah diteliti dan dibuktikan kebenarannya adalah sebagai berikut.
Manfaat puasa bagi kesehatan dapat dibuktikan secara empiris ilmiah, meski harus menahan makan dan minum sekitar 12-24 jam. Apabila orang lapar, perutnya akan memberikan reflex ke otak secara fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan tadi, otak akan memerintahkan kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat inilah yang akan menimbulkan rasa nyeri, khususnya bagi penderita maag. Tapi, bagi orang yang berpuasa, rasa sakit tersebut tak timbul karena otak tidak memerintah kepada kelenjar perut untuk mengeluarkan enzim tadi
Dari berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon.Dalam keadaan tidak berpuasa, system pencernaan dalam perut terus aktif mencerna makanan, hingga tak sempat beristirahat.Dan, ampas yang tersisa menumpuk dan bisa menjadi racun bagi tubuh. Selama berpuasa, system pencernaan akan beristirahat dan memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh khususnya bagian pencernaan untuk memperbaiki diri.
Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru besar dari Universitas Kedokteran di Kairo mengatakan bahwa puasa dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia.[9]
Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantung dan mengurangi resiko stroke.Puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi secara jangka panjang akan menyumbat saluran pembuluh darah dalam bentuk aterosklerosis (pengapuran atau pengerasan pembuluh darah).
Bila hal ini terjadi di otak, maka akan berakibat stroke dan bila terjadi di daerah jantung menyebabkan penyakit jantung.  Karena puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar hormone katekholamin dalam darah karena kemampuan mengendalikan diri saat berpuasa.


2.              Pengaruh puasa Bagi Kesehatan Rohani (Kejiwaan)

Para ulama Sufi berpandangan bahwa puasa adalah cara untuk menahan diri dari nafsu jasmani dan memutuskan hasrat-hasrat duniawi yang muncul dari pengaruh bisikan-bisikan syetan dan kawan-kawannya yang ditempatkan pada diri manusia.[10]
Untuk mensikapi bisikan syetan itulah, Allah mengaruniakan hati kepada manusia. Hati adalah termasuk bala bantuan dari Allah, tetapi penganugrahan hati tersebut bisa saja malah bergabung dengan barisan syetan yang nantinya hanya akan membawa manusia menuju ke jurang kenistaan dan kehancuran. Disebabkan sifat dasar manusia yang sebetulnya mudah dikuasai oleh pasukan-pasukan laknat yang cenderung mengumbar marah dan nafsu kalau tidak dikendalikan.[11] Disinilah perlunya penaklukan badan kepada jiwa.
Untuk menaklukan badan kepada jiwa, adalah perlu adanya cara yaitu dengan jalan melemahkan kekuatan badan demi meningkatkan kekuatan jiwa, dan hal itu telah dibuktikan dari berbagai penelitian para ahli. Hasilnya bahwa tiada sesuatu yang semanjur ini seperti lapar dan haus, pembuangan kemauan-kemauan hawa nafsu dan mengontrol lidah, hati (fikiran) dan anggota-anggota lain, selain dengan jalan berpuasa.[12] Dengan demikian, puasa di sini memiliki fungsi untuk menghidupkan jiwa atau hati.
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dalam karya monumentalnya Sirr al-Asrar  menyatakan bahwa bila seseorang berpuasa hendaknya mampu mengharmonikan  kondisi  lahir  dan batinnya, seperti perutnya yang  dikosongkan dari  makan  dan  minum. Jadi harus ada keseimbangan antara puasa dari sisi syari’at, dan puasa dari sisi ruhani.[13]
            Menurut Syeikh Ghulam Mu’inuddin, Puasa yang paling baik, yaitu puasa dalam dimensi pikiran. Dengan kata lain, orang-orang puasa tidak memikirkan apa pun kecuali Allah. Mereka telah dapat mempertimbangkan kehidupannya di dunia ini hanya sebagai bekal kebahagiaan dalam kehidupan selanjutnya.
            Puasa yang dikerjakan juga meliputi pengendalian penglihatan dari segala pandangan yang mengarah pada kejelekan dan menjauhkan diri dari percakapan yang tidak bermanfaat seperti, berkata dusta, mefitnah, bicara tidak senonoh dan tindakan-tindakan yang berpura-pura. Singkatnya, orang-orang yang berpuasa seperti itu harus berupaya untuk berdiam diri, dan apabila mereka berkata-kata harus yang baik-baik sehingga jalan untuk mengingat kepada Allah semata akan lebih mudah.
            Puasa merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang hampir terperosok ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-dosa jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu sendiri.
Selain hukumnya wajib, puasa juga dapat menjadi sarana latihan agar mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri, serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau impuls-impuls agresivitas yang datang dari dalam diri. “Ini (merupakan) salah satu hikmah puasa di bidang kesehatan jiwa,” kata Dr. dr. H. Dadang Hawari.[14]
Menurut Dadang Hawari (1995), dalam setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya bermacam-macam, seperti agresif dalam arti emosional, contohnya mengeluarkan kata-kata kasar, tidak senonoh dan menyakitkan hati (verbal abuse).
Salah satu ciri jiwa yang sehat adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri. Pengendalian diri atauself control amat penting bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam menghadapi berbagai stress kehidupan meningkat karenanya. Saat berpuasa, kita berlatih kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut, sehingga kita menjadi lebih sabar dan tahan terhadap berbagai tekanan.
Di sampingitu, puasa juga memberi pengaruh yang besar bagi penderita gangguan kejiwaan, seperti insomnia, yaitu gangguan mental yang berhubungan dengan tidur. Penderita penyakit ini sukar tidur, namun dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata penyakitnya dapat dikurangi bahkan dapat sembuh.














BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Arti puasa menurut bahasa adalah menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari atau fajar atau subuh hingga matahari terbenam atau biasa disebut maghrib dengan berniat terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa adalah pembersihan diatas pembersihan. Puasa tidak bermakna kalau tidak membawa pelakunya kepada kedekatan terhadap Allah. Orang awam akan cepat berbuka begitu waktu buka tiba. Tetapi orang yang rohaninya ikut berpuasa, tidak akan pernah berhenti berpuasa secara rohani walaupun secara fisik ia juga berbuka sebagaimana orang lain.
Adapun pengaruh puasa bagi terdapat beberapa pengaruh bagi kesehatan, baik itu kesehatan jasmani ataupun kesehatan rohani.Dari berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon diri dan puasa juga dapat menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia.
Puasa juga bisa menghindarkan kita dari potensi terkena serangan jantungdan mengurangi resiko stroke.Puasa juga dapat memperbaiki kolesterol darah.Sedangkan pengaruh bagi rohani salah satunya adalah dengan berpuasa maka mental maupun kejiwaan dapat lebih terkontrol, serta puasa juga dapat membantu mengurangi stress pada manusia dan insomnia karena masalah.
DAFTAR PUSTAKA

B.A., Muhaimin. dkk., 1995. Fiqh, Semarang: Penerbit Aneka Ilmu.
Hamidulah, Muhammad. 1997. Pengantar Study Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Hassan, A. 1991.Terjemah Bulughul Maram, BAngil: Pustaka Tammam, Bangil.
Hawwa, Said. 2002. Al-Islam, Jakarta:Al-I’tishom Cahaya Umat.
Jafar Ashidiqi, Imam. 1992.  Lentera Ilahi, Bandung: Mizan.
Moede, Nagarsyah. 1990.  Hikmah  Puasa  Bagi Umat Islam Menurut  al-Qur’an  dan  Hadis,  Bandung: Marjan.
Musbikin, Imam. 2004. Rahasia Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Qadir Jailani, Syaikh Abdul. 2002. Rahasia Sufi, Bandung: Penerjemah Abdul Majid Hj. Khatib, Pustaka Hidayah cet ke-2.
Razak,Abdul dan Anwar, Rosihon. 2001. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia.

Sumber Lain:

[1]Said Hawwa, Al-Islam, Al-I’tishom Cahaya Umat, Jakarta, 2002, hal. 8
[2] Abdul Razak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2001, hal. 19
[3]Nagarsyah Moede, Hikmah Puasa Bagi Umat Islam Menurut al-Qur’an dan Hadis, Marjan, Bandung, 1990.Hal. 16
[4] A. Hassan, Terjemah Bulughul Maram, Pustaka Tammam, Bangil, 1991. hal 337
[5]Ibid, Hal. 28
[7]Muhaimin, B.A., dkk., Fiqh, Penerbit Aneka Ilmu, Semarang, 1995, hal. 63
[8]Imam Musbikin, Rahasia Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004, hal. 16
[9]Ibid, Hal. 63.
[10] Imam Jafar Ashidiqi, Lentera Ilahi, Mizan, Bandung, 1992, hal. 138
[11] Ibid, Hal 138
[12] Muhammad Hamidulah, Pengantar Study Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1997, hlm. 100
[13] Syekh Abdul Qadir Jailani, Rahasia Sufi, Penerjemah Abdul Majid Hj. Khatib, Pustaka Hidayah, Bandung, cet. II., 2002, hal. 191
[14]Ibid, Hal. 78

Sumber makalah : https://risnamediabki.wordpress.com/agama/makalah-manfaat-puasa-terhadap-kesehatan-jasmani-dan-rohani/

Post a Comment for "Makalah manfaat puasa bagi kesehatan jasmani dan rahani"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel