Makalah manfaat puasa bagi kesehatan jasmani dan rahani
merujuk sumber yang kredibel yakni wikipedia bahwasanya dijelaskan bahwa Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan, minuman, atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa untuk periode waktu tertentu[1]. Puasa mutlak biasanya didefinisikan sebagai berpantang dari semua makanan dan cairan untuk periode tertentu, biasanya selama satu hari (24 jam), atau beberapa hari. Puasa lain mungkin hanya membatasi sebagian, membatasi makanan tertentu atau zat. Praktik puasa dapat menghalangi aktivitas seksual dan lainnya serta makanan. Puasa, sering dilakukan dalam rangka menunaikan ibadah, juga dilakukan di luar kewajiban ibadah untuk meningkatkan kualitas hidup spiritual seseorang yang melakukannya. Hal semacam ini sering ditemukan dalam diri pertapa atau rahib. Inti dari maksud dan tujuan puasa itu adalah pengekangan diri dari sebuah keinginan untuk mencapai sebuah tujuan. Oleh karenanya, puasa dapat didefinisikan sebagai usaha pengekangan diri dari sebuah keinginan yang dilarang untuk mencapai sebuah tujuan.
berikut ini adalah contoh tugas makalah yakni tentang manfaat berpuasa bagi kesehatan jasmani dan rohani manusia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Masalah
“Sesungguhnya agama (yang benar) di
sisi Allah adalah Islam.” (Qs. Ali ‘Imran: 19). “Barangsiapa mencari agama
selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.” (QS. Ali
‘Imran: 8).[1]
Adapun dalam potongan sebuah hadits
dijelaskan, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksudkan dengan islam?
Rasulullah menjawab, islam adalah mengabdikan diri kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan perkara lain, mendirikan shalat yang telah difardukan,
mengeluarkan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa pada bulan ramadhan.”[2]
Dua dalil diatas menjelaskan bahwa
islam merupakan agama yang sempurna, karena islam merupakan agama yang hanya
diridhoi oleh Allah. Kesempurnaan islam ditandai dengan beberapa aspek yang
terdapat didalam islam bahwa islam mempunyai dasar hukum yang jelasnya hukum
tersebut merupakan suatu pegangan untuk umat sendiri, yang secara luasnya hal
tersebut mengatur semua aspek kehidupan dari hal terkecil sekalipun.
Adapun kesempurnaan islam dalam
mengatur aspek kehidupan ditandai dengan adanya manfaat-manfaat dari apa yang
telah ditetpkan untuk dijalankan oleh umat islam. Sebagai salah satu contohnya
adalah puasa, berpuasa pada hakikatnya tidak sekadar menahan lapar dan
haus, tetapi merupakan latihan kita dalam menundukkan hawa nafsu. Maka dari itu
puasa mempunyai pengaruh-pengaruh tersendiri bagi umat islam yang
menjalankannya, baik itu pengaruh bagi jasmani ataupun bagi rohani.
1.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang
ditentukan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang
dimaksud dengan puasa?
2.
Bagaimana
puasa dalam perspektif tasawuf?
3.
Bagaimana
pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani dan rohani?
1.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yang
ditentukan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk
mengetahui pengertian puasa
2.
Untuk
mengetahui puasa dalam perspektif tasawuf.
3.
Untuk
mengetahui pengaruh puasa terhadap kesehatan jasmani dan rohani
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Puasa
Arti puasa menurut bahasa adalah
menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah
kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan
hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari atau fajar atau
subuh hingga matahari terbenam atau biasa disebut maghrib dengan berniat
terlebih dahulu sebelumnya. Puasa memiliki fungsi dan manfaat untuk membuat
kita menjadi tahan terhadap hawa nafsu, sabar, disiplin, jujur, peduli dengan
fakir miskin, selalu bersyukur kepada Allah SWT dan juga untuk membuat tubuh
menjadi lebih sehat.[3]
Anjuran berpuasa terdapat beberapa
dalil yang tercantum dalam Al-Quran dan Sunnah.
“Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Adapun dalil lain terdapat dalam
sebuah hadits, Dari Ibnu ‘Umar. Ia Berkata: Saya dengan Rasulullah saw.
bersabda: “Apabila kamu lihat dia maka berpuasalah dan apabila kamu lihat, maka
berbukalah, tetapi jika dimendungkan atas kamu, kadarkanlah baginya. (Muttafaq’
alaih)[4]
Puasa merupakan ibadah mahdhah yang
pelaksanaannya harus sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah
Saw. Oleh karena itu, kita tidak boleh semaunya sendiri dalam mengerjakan puasa
agar ibadah puasa kita diterima oleh Allah Swt.Rukun puasa sendiri hanya ada 2,
yakni niat dan imsak.
Adapun puasa mempunyai beberapa
syarat yang harus dipenuhi sebelum seorang muslim menjalankannya, syarat wajib
puasa adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang diwajibkan melakukan
puasa. Muslim yang belum memenuhi syarat wajib puasa maka dia belum dikenai
kewajiban untuk mengerjakan puasa wajib.Tetapi tetap mendapatkan pahala apabila
mau mengerjakan ibadah puasa. Syarat wajib puasa adalah sebagai berikut:
1.
Beragama
Islam
2.
Berakal
sehat
3.
Baligh
4.
Suci dari
haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)
5.
Bermukim
(tidak sedang bepergian jauh)
6.
Mampu (tidak
sedang sakit)[5]
1.
Puasa dalam Perspektif Tasawuf
Puasa dalam
ketentuan syariat adalah menahan diri dari makan, minum dan bersetubuh, sejak
masuk subuh hingga masuk waktu maghrib. Sedangkan puasa dari segi rohani
bermakna membersihkan semua pancaindera dan pikiran dari hal-hal yang haram,
selain menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkannya yang telah
ditetapkan dalam puasa syariat.
ditetapkan dalam puasa syariat.
Dalam puasa harus diusahakan
keduanya berpadu secara harmonis. Puasa dari segi rohani akan batal bila niat
dan tujuannya tergelincir kepada sesuatu yang haram,walau hanya sedikit. Puasa
syari’at berkait dengan waktu, tetapi puasa rohani tidak pernah mengenal waktu.
Terus menerus dan berlangsung sepanjang hayat di dunia dan akhirat. Inilah
puasa yang hakiki, seperti yang dikenal oleh orang yang hati dan jiwanya
bersih.
Puasa adalah pembersihan diatas
pembersihan. Puasa tidak bermakna kalau tidak membawa pelakunya kepada
kedekatan terhadap Allah. Orang awam akan cepat berbuka begitu waktu buka tiba.
Tetapi orang yang rohaninya ikut berpuasa, tidak akan pernah berhenti berpuasa
secara rohani walaupun secara fisik ia juga berbuka sebagaimana orang lain.
Jika orang awam merasakan kebahagiaan berpuasa saat berbuka dan pada saat
melihat datangnya bulan Syawal setelah satu bulan berpuasa penuh, maka lain
bagi orang yang ‘arif. Orang yang telah berma’rifat
lebih mengutamakan dimensi spiritual. Ia akan menganggap
kenikmatan berbuka adalah pada waktu kelak ia memasuki taman
surga dan menikmati segala hal di dalamnya.
Sedangkan maksud kenikmatan ketika
melihat adalah kenikmatan yang diperoleh bila mereka dapat melihat Allah dengan
matahati sebagai salah satu efek dari puasanya. Namun masih ada jenis puasa
yang lebih tinggi, yakni puasa hakiki atau puasa yang sebenarnya. Puasa ini
memiliki martabat yang lebih bagus dari kedua puasa diatas. Puasa ini adalah
puasa menahan hati dari menyembah, memuji, memuja, dan mencari ghairullah (yang
selain Allah).
Puasa ini dilakukan dengan cara
menahan mata hati dari memandang ghairullah, baik yang lahir maupun yang batin.
Namun walaupun seseorang telah sampai kepada tahapan puasa hakiki, puasa wajib
tetap dibutuhkan sebagai aplikasi syari’atnya, dan sebagai cara serta sarana
menggapai kesehatan fisik. Sebaliknya, jika puasa hanya memenuhi ketentuan
syariat, maka hanya sebentuk kebohongan beragama semata.
Puasa merupakan tindakan rohani
untuk mereduksi watak-watak kedzaliman, ketidakadilan, egoisme, dan keinginan
yang hanya untuk dirinya sendiri. Inilah yang diajarkan Syekh Siti Jenar.
Buahnya adalah kejujuran terhadap diri sendiri, orang lain dan kejujuran di
hadapan Tuhan tentang kenyataan dan eksistensi dirinya. Dalam puasa hakiki,
hati dibutakan dari pandangan terhadap ghairullah dan tertuju hanya kepada
Allah serta cinta kepada-Nya. Dengan puasa hakiki inilah esensi penciptaan akan
terkuak.
Manusia adalah rahasia Allah dan
Allah rahasia bagi manusia. Rahasia itu berupa nur Allah, nur itu adalah titik
tengah (centre) hati yang diciptakan dari sesuatu yang unik dan gaib. Hanya ruh
yang tahu semua rahasia itu. Ruh juga menjadi penghubung rahasia antara Khaliq
dan makhluk. Rahasia itu tidak tertarik dan tidak pernah menaruh cinta kepada
selain Allah. Dengan puasa hakiki, ruh itu diaktifkan.Oleh karenanya jika ada
setitik dzarrah pun cinta terhadap ghairullah, batallah puasa hakiki. Jika
puasa hakiki batal maka kita mengulanginya, menyalakan kembali niat dan harapan
kepada Allah di dunia dan akhirat.
Puasa hakiki hanyalah menempatkan
Allah di dalam hati, menjalani proses kemanunggalan meng-Gusti-kan perwatakan
kawula. Dengan puasa hakiki, maka kita akan menyadari bahwa sebenarnya puasa
merupakan hadiah Allah untuk umat manusia. Sehingga bagi hamba Allah yang telah
mencapai ma’rifat, akhirnya puasa wajib dan sunnah bukanlah berbeda. Secara
lahiriah keduanya memang berbeda dari segi waktu dan cara pelaksanaannya,akan
tetapi secara batiniah, esensi kedua jenis puasa itu tidak berbeda.
Dengan berpuasa secara hakiki, tidak
ada sekat wajib atau sunnah lagi, yang ada adalah menikmati hadiah dari Allah
bagi rohani kita. Sehingga dengan pemahaman dan pelaksanaan puasa yang seperti
itu, maka akhirnya puasa tersebut akan mampu menjadi katalisator bagi hawa
nafsu kita, dan hati akan semakin berkilau oleh bilasan nurullah. Ia akan
menjadi motor penggerak bagi ruh al-idhafi, sebagai efek kebeningan hatinya
yang dengan itulah keseluruhan kehidupan akan ditunjukkan menuju kearah
al-Haqq, Illahi Rabbi.
Bagi Syekh Siti Jenar, puasa
hakiki akan melahirkan watak manusia yang pengasih, mengantarkan kesadaran
untuk selalu ikut berperan serta mengangkat harkat dan derajat kemanusiaan,
berperan aktif memerangi kemiskinan dan selalu menyertai sesama manusia yang
berada dalam penderitaan.[6]
Puasa hakiki adalah kesadaran batin untuk menjadikan hawa nafsu sebagai hal
yang harus dikalahkan, dan ke-dzalim-an sebagai hal yang harus ditundukkan.
Oleh Syekh Siti Jenar, puasa secara lahir disubstitusikan dengan kemampuan
untuk melaparkan diri, bukan sekedar mengatur ulang pola makan di bulan
Ramadhan, tetapi mampu membiasakan diri lapar, bukan membiarkan kelaparan.
Sehingga terciptalah sistem masyarakat yang terkendali hawa nafsunya.
Hal tersebut harus
dikontekstualisasikan dengan kecukupan gizi yang harus terpenuhi bagi aktivitas
fisik. Yang terpenting adalah kemauan dan kesadaran
untuk berbagi, untuk tidak hanya memuaskan apa yang menjadi tuntutan hawa nafsunya. Maka demikianlah puasa dalam perspektif tasawuf bukan hanya sekedar menahan jasmani dari makan dan minum, tetapi juga menahan rohani dari pandangan dan cinta kasih selain kepada Allah swt.
untuk berbagi, untuk tidak hanya memuaskan apa yang menjadi tuntutan hawa nafsunya. Maka demikianlah puasa dalam perspektif tasawuf bukan hanya sekedar menahan jasmani dari makan dan minum, tetapi juga menahan rohani dari pandangan dan cinta kasih selain kepada Allah swt.
1.
Pengaruh Puasa Terhadap Kesehatan Jasmani dan Rohani
Sebagaimana telah dimaklumi, bahwa
dihadirkannya manusia di bumi tak lain adalah untuk mengabdi kepada Allah Sang
Pencipta. Karena itu, nilai dan harkat manusia sangat ditentukan oleh kapasitas
peribadatannya.Setiap peribadatan (ibadah mahdhah) dalam Islam mempunyai
nilai pembentukan akhlak.Dan akhlak inilah nilainya bagi manusia.
Puasa merupakan proses pembinaan
akhlak selama ibadah tersebut dilakukan oleh seorang muslim, semua proses dalam
puasa selama dilakukan sangat efektif untuk pembinaan akhlak dan pribadi
manusia, bila benar-benar diamalkan secara ikhlas.Kekhasan ibadah puasa adalah
sifatnya yang pribadi atau personal, bahkan merupakan rahasia antara seseorang
manusia dengn Tuhannya. Puasa merupakan latihan dan ujian kesadaran akan adanya
Tuhan Yang Maha Hadir dan yang mutlak tidak pernah lengah sedikitpun dalam
pengawasan-Nya terhadap tingkah laku hamba-hamba-Nya. Kesadaran seseorang akan
beradaan Tuhan itu akan menjadikan dirinya senantiasa mengontrol emosi serta
perilakunya, sehinga muncul keseimbangan lahiriyah dan batiniyah.
Bila ibadah puasa ditelaah dan
direnungkan akan banyak sekali ditemukan pengaruh dan manfaat psikologisnya.
Misalnya saja, bagi mereka yang senang berpikir mendalam dan merenungkan
kehidupan ini, maka puasa mengandung falsafah hidup yang luhur dan bagi mereka
yang senang mawas diri dan berusaha turut mengahayati perasaan orang lain, maka
mereka akan menemukan prinsip-prinsip hidup yang sangat berguna. Disadari
atau tidak disadari, puasa akan berpengaruh positif kepada rasa (emosi), cipta
(rasio), karsa (will), karya (performance), bahkan kepada ruh,
jika syarat dan rukunnya dipenuhi dengan sabar dan ikhlas.
Kemudian disamping itu puasa
memiliki beberapa pengaruh yang diantaranya berpengaruh terhadap kesehatan
jasmani dan rohani. yaitu :
1.
Pengaruh Puasa Bagi Kesehatan Jasmani
Pengaruh puasa ditinjau dari
kesehatan fisik, banyak mengandung hikmah atau manfaat[7].
Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Berpuasalah kamu, niscaya kamu akan sehat”.[8]
Puasa juga memiliki pengaruh lain bagi jasmani, Beberapa pengaruh yang telah
diteliti dan dibuktikan kebenarannya adalah sebagai berikut.
Manfaat puasa bagi kesehatan dapat
dibuktikan secara empiris ilmiah, meski harus menahan makan dan minum sekitar
12-24 jam. Apabila orang lapar, perutnya akan memberikan reflex ke otak secara
fisiologis. Dengan adanya pemberitahuan tadi, otak akan memerintahkan kelenjar
perut untuk mengeluarkan enzim pencernaan. Zat inilah yang akan menimbulkan
rasa nyeri, khususnya bagi penderita maag. Tapi, bagi orang yang berpuasa, rasa
sakit tersebut tak timbul karena otak tidak memerintah kepada kelenjar perut
untuk mengeluarkan enzim tadi
Dari berbagai penelitian, berpuasa
terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi organ pencernaan, termasuk system
enzim maupun hormon.Dalam keadaan tidak berpuasa, system pencernaan dalam perut
terus aktif mencerna makanan, hingga tak sempat beristirahat.Dan, ampas yang
tersisa menumpuk dan bisa menjadi racun bagi tubuh. Selama berpuasa, system
pencernaan akan beristirahat dan memberi kesempatan bagi sel-sel tubuh
khususnya bagian pencernaan untuk memperbaiki diri.
Dr. Muhammad Al-Jauhari seorang guru
besar dari Universitas Kedokteran di Kairo mengatakan bahwa puasa dapat
menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang
disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia.[9]
Puasa juga bisa menghindarkan kita
dari potensi terkena serangan jantung dan mengurangi resiko stroke.Puasa
juga dapat memperbaiki kolesterol darah. Kadar kolesterol darah yang tinggi
secara jangka panjang akan menyumbat saluran pembuluh darah dalam bentuk
aterosklerosis (pengapuran atau pengerasan pembuluh darah).
Bila hal ini terjadi di otak, maka
akan berakibat stroke dan bila terjadi di daerah jantung menyebabkan penyakit
jantung. Karena puasa akan mematahkan terjadinya peningkatan kadar
hormone katekholamin dalam darah karena kemampuan mengendalikan diri saat
berpuasa.
2.
Pengaruh puasa Bagi Kesehatan Rohani (Kejiwaan)
Para ulama Sufi berpandangan bahwa
puasa adalah cara untuk menahan diri dari nafsu jasmani dan memutuskan
hasrat-hasrat duniawi yang muncul dari pengaruh bisikan-bisikan syetan dan
kawan-kawannya yang ditempatkan pada diri manusia.[10]
Untuk mensikapi bisikan syetan
itulah, Allah mengaruniakan hati kepada manusia. Hati adalah termasuk bala
bantuan dari Allah, tetapi penganugrahan hati tersebut bisa saja malah
bergabung dengan barisan syetan yang nantinya hanya akan membawa manusia menuju
ke jurang kenistaan dan kehancuran. Disebabkan sifat dasar manusia yang
sebetulnya mudah dikuasai oleh pasukan-pasukan laknat yang cenderung mengumbar
marah dan nafsu kalau tidak dikendalikan.[11] Disinilah
perlunya penaklukan badan kepada jiwa.
Untuk menaklukan badan kepada jiwa,
adalah perlu adanya cara yaitu dengan jalan melemahkan kekuatan badan demi
meningkatkan kekuatan jiwa, dan hal itu telah dibuktikan dari berbagai
penelitian para ahli. Hasilnya bahwa tiada sesuatu yang semanjur ini seperti
lapar dan haus, pembuangan kemauan-kemauan hawa nafsu dan mengontrol lidah,
hati (fikiran) dan anggota-anggota lain, selain dengan jalan berpuasa.[12] Dengan
demikian, puasa di sini memiliki fungsi untuk menghidupkan jiwa atau hati.
Syeikh Abdul Qadir al-Jailani dalam
karya monumentalnya Sirr al-Asrar menyatakan bahwa bila
seseorang berpuasa hendaknya mampu mengharmonikan kondisi
lahir dan batinnya, seperti perutnya yang dikosongkan dari
makan dan minum. Jadi harus ada keseimbangan antara puasa
dari sisi syari’at, dan puasa dari sisi ruhani.[13]
Menurut
Syeikh Ghulam Mu’inuddin, Puasa yang paling baik, yaitu puasa dalam dimensi
pikiran. Dengan kata lain, orang-orang puasa tidak memikirkan apa pun kecuali
Allah. Mereka telah dapat mempertimbangkan kehidupannya di dunia ini hanya
sebagai bekal kebahagiaan dalam kehidupan selanjutnya.
Puasa yang
dikerjakan juga meliputi pengendalian penglihatan dari segala pandangan yang
mengarah pada kejelekan dan menjauhkan diri dari percakapan yang tidak
bermanfaat seperti, berkata dusta, mefitnah, bicara tidak senonoh dan
tindakan-tindakan yang berpura-pura. Singkatnya, orang-orang yang berpuasa
seperti itu harus berupaya untuk berdiam diri, dan apabila mereka berkata-kata
harus yang baik-baik sehingga jalan untuk mengingat kepada Allah semata akan
lebih mudah.
Puasa
merupakan sarana yang efektif untuk merenovasi jiwa-jiwa yang hampir terperosok
ke dalam lubang-lubang keingkaran, mensucikan diri dari lumuran dosa-dosa
jahiliyah. Dengan kata lain, puasa yang tepat akan bisa mengangkat seseorang
yang telah berkubang dalam maksiat menuju fitrahnya sebagai manusia itu
sendiri.
Selain hukumnya wajib, puasa juga
dapat menjadi sarana latihan agar mampu mengendalikan diri, menyesuaikan diri,
serta sabar terhadap dorongan-dorongan atau impuls-impuls agresivitas yang
datang dari dalam diri. “Ini (merupakan) salah satu hikmah puasa di bidang
kesehatan jiwa,” kata Dr. dr. H. Dadang Hawari.[14]
Menurut Dadang Hawari (1995), dalam
setiap diri manusia terdapat naluri berupa dorongan agresivitas yang bentuknya
bermacam-macam, seperti agresif dalam arti emosional, contohnya mengeluarkan
kata-kata kasar, tidak senonoh dan menyakitkan hati (verbal abuse).
Salah satu ciri jiwa yang sehat
adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri. Pengendalian diri atauself
control amat penting bagi kesehatan jiwa sehingga daya tahan mental dalam
menghadapi berbagai stress kehidupan meningkat karenanya. Saat berpuasa, kita
berlatih kemampuan menyesuaikan diri terhadap tekanan tersebut, sehingga kita
menjadi lebih sabar dan tahan terhadap berbagai tekanan.
Di sampingitu, puasa juga memberi
pengaruh yang besar bagi penderita gangguan kejiwaan, seperti insomnia, yaitu
gangguan mental yang berhubungan dengan tidur. Penderita penyakit ini sukar
tidur, namun dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata
penyakitnya dapat dikurangi bahkan dapat sembuh.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Kesimpulan
Arti puasa menurut bahasa adalah
menahan. Menurut syariat islam puasa adalah suatu bentuk aktifitas ibadah
kepada Allah SWT dengan cara menahan diri dari makan, minum, hawa nafsu, dan
hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa sejak terbit matahari atau fajar atau
subuh hingga matahari terbenam atau biasa disebut maghrib dengan berniat
terlebih dahulu sebelumnya.
Puasa adalah pembersihan diatas
pembersihan. Puasa tidak bermakna kalau tidak membawa pelakunya kepada
kedekatan terhadap Allah. Orang awam akan cepat berbuka begitu waktu buka tiba.
Tetapi orang yang rohaninya ikut berpuasa, tidak akan pernah berhenti berpuasa
secara rohani walaupun secara fisik ia juga berbuka sebagaimana orang lain.
Adapun pengaruh puasa bagi terdapat
beberapa pengaruh bagi kesehatan, baik itu kesehatan jasmani ataupun kesehatan rohani.Dari
berbagai penelitian, berpuasa terbukti memberi kesempatan beristirahat bagi
organ pencernaan, termasuk system enzim maupun hormon diri dan puasa juga dapat
menguatkan pertahanan kulit, sehingga dapat mencegah penyakit kulit yang
disebabkan oleh kuman-kuman besar yang masuk dalam tubuh manusia.
Puasa juga bisa menghindarkan kita
dari potensi terkena serangan jantungdan mengurangi resiko stroke.Puasa juga
dapat memperbaiki kolesterol darah.Sedangkan pengaruh bagi rohani salah
satunya adalah dengan berpuasa maka mental maupun kejiwaan dapat lebih
terkontrol, serta puasa juga dapat membantu mengurangi stress pada manusia dan
insomnia karena masalah.
DAFTAR PUSTAKA
B.A., Muhaimin. dkk., 1995. Fiqh,
Semarang: Penerbit Aneka Ilmu.
Hamidulah, Muhammad. 1997. Pengantar
Study Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Hassan, A. 1991.Terjemah Bulughul
Maram, BAngil: Pustaka Tammam, Bangil.
Hawwa, Said. 2002. Al-Islam, Jakarta:Al-I’tishom
Cahaya Umat.
Jafar Ashidiqi, Imam.
1992. Lentera Ilahi, Bandung: Mizan.
Moede, Nagarsyah. 1990. Hikmah
Puasa Bagi Umat Islam Menurut al-Qur’an dan Hadis,
Bandung: Marjan.
Musbikin, Imam. 2004. Rahasia
Puasa Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Qadir Jailani, Syaikh Abdul.
2002. Rahasia Sufi, Bandung: Penerjemah Abdul Majid Hj. Khatib, Pustaka
Hidayah cet ke-2.
Razak,Abdul dan Anwar, Rosihon.
2001. Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia.
Sumber Lain:
http://agoengdeworuci.blogspot.com/2015/02/puasa-dalam-perspektif-tasawufmakrifat.html
(Diunduh Pada Tanggal 11 Mei 2015, Pukul 22.54)
[3]Nagarsyah Moede, Hikmah
Puasa Bagi Umat Islam Menurut al-Qur’an dan Hadis, Marjan, Bandung,
1990.Hal. 16
[8]Imam Musbikin, Rahasia Puasa
Bagi Kesehatan Fisik dan Psikis, Mitra Pustaka, Yogyakarta, 2004, hal. 16
[13] Syekh Abdul Qadir Jailani, Rahasia
Sufi, Penerjemah Abdul Majid Hj. Khatib, Pustaka Hidayah, Bandung, cet.
II., 2002, hal. 191
Sumber makalah : https://risnamediabki.wordpress.com/agama/makalah-manfaat-puasa-terhadap-kesehatan-jasmani-dan-rohani/
Post a Comment for "Makalah manfaat puasa bagi kesehatan jasmani dan rahani"