Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Contoh MAKALAH PEMBESARAN RUMPUT LAUT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Usaha budidaya perairan di Indonesia sudah berkembang sangat pesat, baik budidaya air tawar, air payau maupun laut. Produksi perikanan budi daya tahun 2014 diperkirakan sebesar 14,5 juta ton atau 107,97% dari target yang telah ditetapkan sebesar 13,4 juta ton, sedangkan target produksi perikanan budi daya tahun 2015 mencapai 16,9 juta ton (Anonim, 2015).  Usaha budidaya perairan di Indonesia saat ini menggunakan berbagai macam wadah, salah satunya tambak.
Menurut Biggs et al. (2005) adalah badan air yang berukuran 1m2 hingga 2 ha yang bersifat permanen atau musiman yang terbentuk secara alami atau buatan manusia. Rodriguez-Rodriguez (2007) menambahkan bahwa tambak atau kolam cenderung berada pada lahan dengan lapisan tanah yang kurang porus. Istilah kolam biasanya digunakan untuk tambak yang terdapat di daratan dengan air tawar, sedangkan tambak untuk air payau atau air asin.
Kegiatan budidaya yang dilakukan di lahan tambak adalah budidaya ikan, budidaya udang, budidaya tiram dan budidaya rumput laut (alga). Salah satu alga atau rumput laut yang dibudidayakan di tambak adalah Gracilaria sp.
Gracilaria sp. merupakan salah satu rumput laut komoditas andalan dalam program Departemen Perikanan dan Kelautan selain ikan kerapu, ikan nila dan udang windu. Selain itu usaha budidaya Gracilaria sp. teknologinya sangat sederhana, namun daya serap pasarnya tinggi dan  biaya relatif rendah (Departemaen Pertanian, 2001).
Budidaya rumput laut Gracilaria sp dilakukan di tambak merupakan salah satu pemanfaatam tambak sebagai upaya untuk memenuhi permintaan rumput laut yang semakin meningkat, selain itu budidaya rumput laut di tambak lebih banyak keuntungannya bila dibanding dengan budidaya di laut. Keuntungan tersebut antara lain adalah tanaman rumput laut agak terlindungi dari pengaruh lngkungan yang kurang kurang menguntungkan seperti ombak, arus laut yang kuat, binatan predator dan mudah mengontrol kualitas air (Aslan, 1998). Berdasarkan uraian inilah kami akan menyusun makalah tentang teknologi budidaya rumput laut Gracilaria sp. yang dibudidayakan di tambak.

B. Morfologi Gracillaria sp
Alga dimasukkan ke dalam divisi Thallophyta (tumbuhan berthallus) karena memiliki struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang dan berakar, semuanya terdiri dari thallus (batang saja) (Aslan, 2003). Selanjutnya beberapa variasi spesies ditentukan berdasarkan pada morfologinya, anatominya, atau berdasarkan pada alat reproduksi jantan.
Ciri - ciri umum spesies Gracillaria verrucosa memiliki thallus berbentuk silindris, permukaannya licin. Thallus tersusun oleh jaringan yang kuat, bercabang -cabang dengan panjang kurang lebih 250 mm, garis tengah cabang antara (0,5 -2,0) mm (Dawes, 1981).
Percabangan berseling tidak beraturan, memusat ke arah pangkal. Cabang lateral memanjang menyerupai rambut, ukuran panjangnya sekitar 25 cm dengan diameter thallus (0,5 - 1,5 mm) (Anggadireja dkk., 2006). Thallus menyempit pada pangkal percabangan dan meruncing pada ujung - ujungnya, sifat substansi thallus Gracillaria menyerupai gel atau lunak seperti tulang rawan (Risiani, 2004).

C. Klasifikasi Gracilaria sp.
Jana (2006) menyatakan bahwa rumput laut Gracillaria sp dapat diklasifikasi sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Thallophyta
Subdivisi : Eurhodophyta
Kelas : Rodhophyceae
Bangsa : Gigartinales
Suku : Gracilariacease
Marga : Gracillaria
Jenis : Gracillaria sp.

  
Gambar 1. Gracilaria sp.

 D. Habitat dan Penyebaran Gracillaria sp.
Gracilaria umumnya hidup sebagai fitobentos, melekat dengan bantuan cakram pelekat ('hold fast') pada substrat padat. Terdiri dari kurang lebih 100 spesies yang menyebar luas dari perairan tropis sampai subtropis. Hal ini menyebabkan beberapa penulis menyebutnya sebagai spesies yang kosmopolit.
Gracilaria hidup di daerah litoral dan sub litoral, sampai kedalaman tertentu, yang masih dapat dicapai oleh penetrasi cahaya matahari. Beberapa jenis hidup di perairan keruh, dekat muara sungai.
Di Indonesia terdapat lebih kurang 15 jenis Gracilaria yang menyebar di seluruh kepulauan. Di Bangka, Gracilaria convervoides hidup melekat di atas batu karang pada kedalaman 2-5 meter. Di Lombok, G. gigas ditemukan di perairan payau. Daerah sebaran Gracilaria di Indonesia meliputi : Kepulauan Riau, Bangka, Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Pulau Bawean, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Maluku.









BAB II
ISI

Metode Tanam
        Beberapa metode yang dapat digunakan dalam budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottoni antara lain:
a. Metode Rakit Apung
Metode ini biasa digunakan pada daerah perairan yang berkarang, dan pergerakannya sangat dipengaruhi oleh gelombang ombak. Dikarenakan hal tersebut, metode ini sangat cocok dilakukan dengan menggunakan media rakit bambu/ kayu agar dapat mengapung.

b. Metode Long Line
Penggunaan media tali sangat diperlukan dalam metode ini. Gunanya ialah untuk dibentangkan di atas permukaan air. Beri pelampung besar (dapat berupa drum plastik) pada setiap 25 sentimeter talinya dan jangkar pada kedua sisinya. Panjang tali yang digunakan dalam metode ini berkisar 50-100 meter.

c. Metode Lepas Dasar
Jika lokasi budidaya terpaksa dilakukan pada perairan yang mengandung lumpur berpasir, anda dapat menggunkana metode lepas dasar. Tujuan dari metode ini ialah agar memudahkan dalam menancapkan patok atau tiang pancang.

Patok yang disarankan ialah memiliki diameter 5 sentimeter, dan panjang 1 meter dengan ujung patok yang runcing.

Pemilihan Lokasi 

Kelebihan budidaya rumput laut dibandingkan komoditas perikanan lainnya yaitu penggunaan teknologi yang sederhana, daya serap pasar tinggi, biaya produksi rendah. Salah satu faktor penting penentu keberhasilan budidaya rumput laut adalah pemilihan lokasi pemeliharaan.
Lokasi ideal budidaya rumput laut, sebagai berikut : 
Lokasi perairan yang baik buat pertumbuhan rumput laut yaitu banyak potongan karang mati mati bercampur dengan pasir karang. 
Kedalaman lokasi budidaya rumput laut pada surut terendah berkisar 30 hingga 50 cm, agar rumput laut tidak mengalami kekeringan akibat terkena langsung sinar matahari. 
Tingkat kecerahan air dengan angka transparansi sekitar 1,5 meter. 
Untuk hindari kerusakan fisik pada rumput laut, lokasi budidaya harus terlindungi dari terpaan angin dan gelombang yang besar. 
Kecepatan arus berkisar pada kisaran 20-40 cm/detik. 
Suhu perairan berkisar 27-30° Celsius.  
Nilai optimal pH pada kisaran 7,5 hingga 8,0. Kadar toleransi pH dalam kisaran 6 hingga 9. 
Salinitas perairan berkisar antara 28 hingga 34 ppt, dengan nilai optimal 32 ppt
C. Sarana dan Prasarana

Sarana Budidaya
     Untuk melakukan usaha budidaya rumput laut diperlukan sarana yang saling menunjang dan berkaitan satu sama lain, sehingga diharapkan hasil sesuai dengan yang dinginkan. Sarana budidaya meliputi :
1. Sarana Pokok
     Didalam budidaya rumput laut dengan metode jalur kombinasi diperlukan konstruksi bambu dengan panjang 5 meter yang disusun berjajar dan tiap ujung bambu dihubungkan dengan tali ris panjang 7 meter sehingga berbentuk segiempat berukuran 5m x 7m per petak. Kriteria Bahan Rakit yaitu :
     Bambu digunakan adalah bambu yang sudah tua dengan diameter 8 – 10 cm berjumlah 8 – 11 batang/unit rakit, dengan daya tahan 4 – 5 bulan.
Tali yang digunakan adalah tali Poly Ethylene berdiameter 8 mm untuk tali ris, 4 mm untuk tali jalur, benang jaring D12 untuk mengikat rumput dan 10 mm untuk tali jangkar dengan daya tahan 5 tahun
     Jangkar yang digunakan berbahan dasar besi dengan berat 25-30 kg/buah. Jangkar yang digunakan untuk per unit rakit adalah 2 buah dengan daya tahan 10 tahun.
     Pelampung terbuat dari bahan steryfoam dengan volume 25 liter, yang berfungsi untuk menahan bambu agar ujungnya tidak tenggelam pada saat ada arus kencang selain itu juga sebagai tanda bahwa ditempat tersebut ada rakit.
2. Sarana Penunjang
     Sarana penunjang meliputi : Kapal atau perahu, para-para penjemuran dan tempat penyimpanan hasil. Sarana ini sangat mendukung kelancaran operasional di lapangan. Kapal atau perahu diperlukan untuk transportasi setiap hari dalam rangka membawa rakit ke lokasi, tugas rutin, membawa hasil panen serta membawa bibit ke lokasi.
     Para-para penjemuran dari bambu atau kayu tinggi 1 meter lebar 1,2 meter dibuat memanjang di bagian atasnya dipasang waring. Digunakan untuk menjemur rumput laut supaya hasilnya bersih dan pengeringan lebih cepat. Tempat penyimpanan digunakan diruangan yang kering, rumput laut yang sudah kering bisa dimasukan ke dalam karung supaya lebih mudah penyimpanannya dan kualitasnya tetap baik.

D. Pemeliharaan 

Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi budidaya dan tanamannya. Pemeliharaan dilakukan pada saat ombak besar maupun saat laut tenang. Kerusakan patok, jangkar, tali ris, dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak yang besar, atau daya tahannya menurun harus segera diperbaiki. Bila ditunda akan berakibat makin banyak yang hilang sehingga kerugian yang lebih besar tidak bisa dihindari.
Kotoran atau debu air sering melekat pada tanaman, yaitu saat musim laut tenang. Pada saat seperti ini tanaman harus sering digoyang-goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran yang melekat dapat mengganggu proses metabolisme sehingga laju pertumbuhan menurun. Beberapa tumbuhan penempel, seperti Ulva, Hypnea, Chaetomorpha, Enteromorpha, sering membelit tanaman dan konstruksi budidaya sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Tumbuhan seperti ini perlu disingkirkan dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke darat. Bulu babi, ikan, dan penyu merupakan hewan-hewan herbivora yang sering memangsa tanaman rumput laut. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Sedangkan untuk menghindari ikan dan penyu, biasanya dipasang jarring di sekeliling lokasi budidaya.
Untuk jenis Gracilaria yang ditanam di tambak, diperlukan pengontrolan pada saat 15 nari setelah penebaran bibit. Angin dapat menyebabkan tanaman mengumpul di satu tempat pada permukaan air tambak. Perataan kembali letak rumput laut harus segera dilakukan. Pekerjaan seperti ini hams rutin dilakukan sampai tanaman siap panen. Pemberian zat pengatur tumbuh dilakukan satu bulan setelah penebaran bibit dan diulangi satu bulan berikutnya. Setiap hektar diperlukan zat pengatur tumbuh sebanyak 500 cc. Lumut juga perlu disingkirkan karena. Menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat. Cara petani di desa.Sanrobone Sulawesi Selatan, mengatasi lumut ini adalah melepaskan ikan bandeng kecil sebanyak 1.500 - 2.000 ekor/ha. Sesudah lumut habis, bandeng harus dijaring supaya rumput laut tidak terus dimangsa. Pintu-pintu saluran air juga perlu perawatan agar pergantian air mudah dilaksanakan setiap 15 hari sekali Pemupukan secara teratur dilakukan 15 hari sekali, yaitu sesaat setelah penggantian air. Pupuk yang digunakan adalah campuran urea, TSP, dan ZA dengan perbandingan 1:1:1 sebanyak 20 kg/ha atau dengan perbandingan 2:1:1 sebanyak 100 kg/ha.

E. Pemanenan

Pada tahap pemanenan ini, perlu dipertimbangkan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil sesuai permintaan pasar secara kuantitas dan kualitas. Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6 - 8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 600 gram. Cara memanen rumput laut adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat, kemudian tali rafia pengikat rumput laut dipotong. Panen seperti itu dilakukan bila air laut pasang, tetapi bila air sedang surut pemanenan dapat langsung dilakukan di areal tanam. Caranya sama, yaitu dengan memotong tali rafia pengikat rumput laut. Selanjutnya pisahkan antara tanaman yang dipanen dan potongan tali rafia. Panen dengan cara seperti ini memberikan keuntungan, yaitu bila ingin menanamnya kembali dapat. memanfaatkan bagian ujung tanaman yang masih muda sehingga laju pertumbuhannya tinggi. Di samping itu, hasilnya berkandungan keraginan tinggi.
Gracilaria yang dibudidayakan di tambak, dipanen dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Panen pertama dapat dilakukan pada umur 2 – 2,5 bulan sesudah penanaman. Hasil panen diangkut kedarat dengan perahu.
Seperti telah diuraikan, waktu dan cara panen yang tepat sangat penting agar dihasilkan rumput laut yang baik secara kualitas maupun kuantitas. Waktu panen memang cukup bervariasi untuk setiap petani dan lokasi penanaman yang berbeda.



Disaat air laut surut, pemanenan bias langsung dilakukan
di areal tanam



Pemanenan rumput laut yang dibudidayakan di tambak




Hasil panen rumput laut 

Namun, secara umum panen dilakukan pada usia satu bulan. Perbandingan antara berat basah dan kering berkisar 8 : 1. Apabila rumput laut dipanen pada usia dua bulan, perbandingan berat basah dan berat kering adalah 6:1. Selain usia panen, banyaknya hasil yang diperoleh juga erat hubungannya dengan laju pertumbuhan harian rumput laut yang dibudidayakan. Dari beberapa percobaan diperoleh data bahwa laju pertumbuhan harian Eucheuma dan Gracilaria punya nilai yang beragam, yaitu rata-rata 2 - 3 %/hari (lihat lampiran).
Di samping usia panen, cara panen pun sangat beragam. Ada petani rumput laut yang memanen hasil dengan cara petik. Cara ini dilakukan dengan memisahkan cabang-cabang dari tanaman induknya. Selanjutnya tanaman induk ini dipergunakan kembali untuk penanaman berikutnya. Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan mengangkat seluruh rumpun tanaman, seperti yang telah dikemukakan. Sedangkan penanaman berikutnya dapat digunakan ujung tanaman yang masih muda. Antara kedua cara panen tersebut terdapat keuntungan dan kerugian. Cara pertama lebih mudah, tetapi kecepatan tumbuh bibit yang berasal dari tanaman induk lebih rendah dibanding dengan tanaman muda seperti pada cara kedua. Kelebihan cara kedua, selain kecepatan tumbuh bibit lebih tinggi juga karaginan yang dikandung lebih tinggi.
Untuk lebih jelasnya, berikut akan sedikit diulas mengenai hal-hal lain yang perJu diperhatikan daiam tahap pemanenan. Untuk rumput laut yang ditanam di pantai, sebaiknya panen dilakukan pada saat air surut. Ini akan lebih meringankan pekerjaan daripada saat air pasang. Sebelum tahap ini, perm dipersiapkan alat-alat yang diperlukan. Persiapan sebelum dilakukan panen adalah :

-        tenaga kerja,
-        keranjang rotan berukuran sedang tempat hasil rumput laut,
-        perahu (untuk mengangkut hasil panen di tambak),
-        pisau untuk memotong tali pengikat (rafia),
-        timbangan,
-        lokasi tempat penjemuran,
-        karung tempat rumput laut kering, beserta tali pengikatnya, dan
-        gudang tempat penyimpanan rumput laut kering.

Persiapan tersebut dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil rumput laut. Sebagai contoh pentingnya mempersiapkan lokasi penjemuran. Lokasi ini perlu dipersiapkan dengan luas yang sesuai dengan banyaknya hasil yang akan dipanen dan kondisinyapun harus bersih. Bila hal-hal penting itu tidak diperhatikan, maka ada kemungkinan rumput laut tidak kering sempurna. Dengan demikian, mutunya pun menjadi rendah. Itulah sebabnya, tahap persiapan sebelum panen perlu diperhatikan. Setelah semua persiapan panen dilengkapi, maka pemanenan dapat segera dilakukan.
Dari satu unit usaha (100 m2) dengan metode lepas dasar dan metode rakit biasanya diperoleh hasil panen masing-masing sekitar 100 kg dan 200 – 250 kg rumput laut kering setiap panen. Sedangkan dari satu hektar tambak Gracilaria biasanya diperoleh hasil panen sekitar 1.500 – 2.000 kg rumput laut kering setiap panen.



DAFTAR PUSTAKA

http://taufiqabd.blogspot.com/2017/05/makalah-teknologi-budidaya-gracilaria.html
https://bukanarjuna.com/cara-budidaya-rumput-laut/
https://www.isw.co.id/post/2017/02/27/lokasi-ideal-budidaya-rumput-laut
http://www.akuakulturstp.com/uncategorized/sarana-dan-prasarana-budidaya-rumput-laut
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/01/pemeliharaan-dan-panen-rumput-laut.html




Post a Comment for "Contoh MAKALAH PEMBESARAN RUMPUT LAUT"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel