Contoh Makalah GESEKAN DALAM PERTAMBANGAN BATUBARA
Batubara ya bahan bakar yang sejak jaman dahulu dipakai manusia untuk berbagai kegiatan industri seperti kereta api pembangkit listrik dan lain sebagainya menurut wikipedia Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Berikut ini adalah Contoh Makalah GESEKAN DALAM PERTAMBANGAN BATUBARA, semoga bermanfaat ya.
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Seperti yang kita
ketahui Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.
Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga
adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks
yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus
formula empiris seperti C137H97O9NS untuk
bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Di Indonesia, endapan
batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di
bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada
umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu
bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang
lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu
menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk
dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang mirip dengan
kondisi kini. Beberapa di antaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di
atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata
lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi di mana mineral-mineral anorganik
yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara
yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum
dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya
lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini
terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan
daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan
sebagian besar Kalimantan.
Seperti sifat batu bara
yang disebut diatas batu bara mudah terbakar dan mudah memanas karena adanya
gesekan antar batubara yang terjadi disaat melakukan aktifitas penambangan
batubara, oleh karenanya rawan sekali terjadi kecelakaan kerja berupa kebaran
tambang dikarenakan gesekan antar batu bara tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Dikarenakan rawannya
bahaya gesekan batubara maka dalam makalah ini akan membahas masalah.
a. Bagaimana
terjadinya gesekan batubara pada aktifitas penambangan batubara?
b. Seberapa
besar bahaya yang terjadi karena adanya gesekan tersebut?
c. Apakah
Bahaya gesekan batu bara disaat aktifitas penambangan batubara bisa dicegah?
C.
Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kita mengenai gesekan dalam
pertambangan batubara.
D.
Metode
Penulisan
Penulisan makalah ini
dilakukan dengan mencari data dan artikel berta maupun peristiwa yang ada di
Interne, maupun buku.
BAB 2 PEMBAHASAN
A.
Cara
Pengolahan Batubara
Untuk mengetahui adanya
gesekan yang ada pada proses penambangan batu bara ada baiknya kita mengetahui
cara atau proses pengolahan batubara terlebih dahulu.
Berikut adalah
cara-cara pengolahan batubara yang benar :
a.
Kominusi
Kominusi adalah proses
memperkecil ukuran batubara. Digunakan alat crusher dan grinder. Kominusi
dibagi menjadi tiga tahap yaitu, peremuk pertama, peremuk kedua dan peremuk
halus. Namun, dibatubara hanya menggunakan peremuk pertama dan kedua.
1.
Peremuk
Pertama
Merupakan tahap
penghancuran yang pertama. Pada tahap ini batubara masih berupa
bongkah-bongkahan besar yang berukuran 84 x 60 inci, dan pada proses ini
batubara menjadi berukur 4 inci. Berikut merupakan alat-alat yang digunakan
dalam proses peremukan pertama :
-
Peremuk
Rahang
Memiliki dua jaw, yang
satu dapat digerakkan dan yang lain hanya diam. Berdasarkan porosnya, peremuk
rahang dibagi dalam dua macam :
1) Blake jaw crusher, dengan poros
diatas.
2) Dodge jaw crusher, dengan poros
dibawah.
Perbandingan dodge dan
blake adlah sebagai berikut.
1) Ukuran produk pada blake lebih
heterogen, sedangkan pada dodge relative lebih seragam.
2) Pada blake porosnya diatas sehingga
gaya yang terbessar mengenai partikel yang berukuran kecil. Pada dodge porosnya
dibawah sehingga gaya yang terbesar mengenai partikel yang terbesar sehingga
gaya mekanis pada dodge jaw lebih besar bila dibandingkan dengan blake jaw.
3) Kapasitas dodge jaw lebih kecil
daripada blake jaw pada ukuran yang sama.
4) Pada dodge jaw sering terjadi
penyumbatan atau kemacetan.
b.
Gyratory crusher
Mempunyai kapasitas
yang lebih besar jika dibandingkan dengan peremuk rahang. Gerakan gyratory
crusher berputar dan bergoyang sehinggga proses penghancuran berjalan terus-menerus
tanpa selang waktu. Berbeda dengan peremuk rahang yang proses penghancurannya
tidak kontinu, yaitu pada waktu swing jaw bergerak ke belakang
material-material yang ada tidak mengalami penggerusan. Kapasitas gyratory
crusher tergantung pada hal berikut :
1) Sifat alamiah mineral yang dihancurkan,
seperti kekerasan, keliatan, dan
kerapuhan.
2) Permukaan cekung dan crushing head
terhadap umpan akan memengaruhi gesekan antara material dengan bagian pemecah.
3) Kandungan air, setting, putaran, dan
gape.
Perbedaan antara
gyratory crusher dengan peremuk rahang adalah sebagai berikut :
1) Pemasukan umpan pada peremuk rahang tidak
kontinu, sedangkan pada gyratory pemasukan terjadi secara kontinu.
2) Gyratory alatnya lebih besar dan bagian-bagiannya
tidak mudah dilepas.
3) Kapasitas gyratory lebih besar daripada
peremuk rahang karena pemasukan dapat dilakukan secara kontinu dan proses
penghancuran terjadi di berbagai tempat.
4) Proses pemecahan pada peremuk rahang
lebih banyak tekanan, tapi pada gyratory gaya geseknya lebih besar walaupun ada
gaya tekannya. Pada gyratory jika perputarannya semakin cepat maka produk yang
dihasilkan semakin kecil.
2. Peremuk Kedua
Peremuk kedua adalah
tahap penghancuran kelanjutan dari peremuk pertama, ukuran umpan lebih kecil
dari 6 inci dan produknya berukuran kurang lebih 0,5 inci. Berikut ini
merupakan alat-alat yang digunakan dalam proses peremukan kedua :
a. Cone Crusher
Merupakan alat peremuk
kedua yang penggunaanya tergolong ekonomis. Cone crusher hampir sama dengan
gyratory crusher, perbedaanya terletak pada hal berikut :
1) Pada crushing surface terluar cone
crusher bekerja sedemikian rupa sehingga luas lubang pengeluaran dapat
bertambah.
2) Pada crushing surface cone crusher bagian
atasnya dapat diangkat sehingga material yang tidak dapat dihancurkan dapat
dikeluarkan.
b. Hammer Crusher
Hammer crusher digunakan dalam
peremukan kedua untuk memperkecil produk dari peremuk pertama denga ukuran
batubara yang diperbolehkan 1 inci. Alat ini merupakan satu-satunya alat yang
berbeda cara penghancurannya dibandingkan alat pada peremuk kedua lainnya.
c. Roll Crusher
Alat ini terdiri atas dua buah silinder baja
dan masing-masing dihubungkan pada poros sendiri-sendiri. Silinder yang
berputar hanya satu, sedangkan yang lain diam, tapi karena adanya material yang
masuk dan pengaruh silinder lainnya maka silinder yang lain ikut berputar pula.
Putaran masing-masing silinder berlawanan arah sehingga material yang ada
diatas roll akan terjepit dan hancur.
B. Sizing
Sizing merupakan proses pengelompokan
material, terbagi dalam dua cara berikut :
1. Screening
Screening adalah proses
pengelompokan material berdasarkan ukuran lubang ayakan sehingga ukurannya
seragam. Tujuan dilakukannya screening adalah sebagi berikut :
a. Mempertinggi kapasitas unit operasi
lainnya.
b. Mencegah terjadinya over crushing atau
over grinding.
c. Memenuhi permintaan pasar.
Faktor-faktor yang
memengaruhi kecepatan material untuk menerobos lubang ayakan adalah sebagai
berikut :
a. Ukuran Bukaan Ayakan
Semakin besar garis
tengah lubang bukaan akan semakin banyak partikel material yang lolos.
b. Ukuran Relatif Partikel
Material yang mempunyai
garis tengah sama dengan panjangnya akan memiliki kecepatan dan kesempatan
masuk yang berbeda bila posisinya berbeda, yaitu satu melintang dan yang lain
membujur.
c. Pantulan dari Material
Pada waktu material
jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi screen sehingga akan
terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak teratur.
d. Kandungan Air
Kandungan air yang
banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit akan menyumbat screen.
2. Classifying
Classifying adalah proses
pengelompokan material berdasarkan pada kecepatan jatuh material dalam suatu
media (air atau udara), densitas, volume, dan bentuk material. Ukuran butir
yang dipisahkan secara classifying berukuran lebih kecil dari 20 mesh,
sedangkan cara screening untuk ukuran lebih besar dari 20 mesh.
Kecepatan pengendapan tergantung
pada ukuran, bentuk, dan berat jenis partikel. Dalam classifying, partikel
kasar, berat, dan berbentuk bulat akan mengendap lebih cepat daripada partikel
yang ringan dan berbentuk tidak teratur. Ukuran butir yang dapat dipisahkan
20-300 mesh. Berdasarkan media pemisahnya, classifying dibagi menjadi berikut :
a. Sorting classifier menggunakan cairan
kental.
Pada sorting
classifier, kondisi pengendapan adalah hindered setting, yaitu pengendapan yang
mengalami hambatan meskipun dalam media yang kental, mineral yang mempunyai
berat jenis yang berat lebih dahulu mengendap bila dibandingkan dengan mineral
yang mempunyai berat jenis ringan.
b. Sizing classifier menggunakan cairan
encer.
Dalam sizing classifier
diperlukan penambahan air selain air yang telah ada dalam material yang akan
diclassifier. Sizing classifier menggunakan kondisi free settling, yaitu
pengendapan material secara individu yang mengendap secara langsung.
C. Pencucian Batubara
Pencucian batubara adalah suatu usaha
untuk mengolah atau mencuci batubara kotor berasal dari pertambangan menjadi
batubara bersih agar dapat memenuhi persyaratan konsumen, misalnya batubara
untuk kokas atau bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga uap, ketel uap,
industri semen, dan industri-industri lainnya.
Proses pencucian batubara bertujuan untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan sejumlah unsur mineral pengotor, antara
lain abu dan belerang dalam bentuk spirit yang ada dalam batubara kotor hasil
penambangan. Mineral pengotor dalam beberapa hal dapat menimbulkan persoalan
ketika prose pembakaran, terutama menyangkut masalah lingkungan. Pada batubara
yang telah dilakukan pencucian tentu akan terdapat nilai tambah. Berikut
beberapa keuntungan yang didapat dari proses pencucian batubara :
1) Mengurangi ongkos per unit energi yang
diangkut.
2) Mengurangi ongkos angkut hasil buangan.
3) Meningkatkan kemampuan angkut batubara.
4) Meningkatkan kalori batubara sehingga
efisien pembakaran dalam suatu tanur dapat meningkat pula.
5) Mengurangi pembentukan slag dalam tanur
yang berarti mengurangi waktu yang tidak efektif dalam suatu tanur.
Mekanisme yang digunakan dalam penambangan
batubara mengakibatkan produk batubara mentah (raw coal) dari tambang banyak
mengandung kotoran sehingga peranan pencucian batubara menjadi lebih penting.
Selain itu, dengan meningkatnya peranan kesadaran terhadap lingkungan dalam
industri pembangkit listrik, teknologi pengontrolan belerang pun semakin
penting sehingga gas hasil pembakaran akan berkurang dengan adanya pencucian.
Pencucian batubara erat kaitannya dengan
proses penambangannya. Batubara ketika penambangannya dilakukan ,secara bersih,
kemungkinan tidak dilakukan pencucian. Tetapi, apabila hasil penambangan
bercampur anatara batubara dengan kotoran maka harus dilakukan proses
pencucian.
Cara-cara menghilangkan belerang dalam
industri pencucian batubara sangat berbeda antara satu dengan yang lain, baik
dari segi biaya maupun hasil yang didapatkan. Alat-alat yang biasa digunakan
adalah ayakan, meja goyang, mesin jig, pemisahan media berat, dan flotasi.
Macam-macam proses pencucian batubara secara fisik adalah sebagai berikut
1. Jingging
Adanya pulsasi air menyebabkan
stratifikasi batubara berdasarkan berat jenis dari lapisan atas ke lapisan
bawah sehingga batubara bersih akan berada pada bagian atas. Ukuran batubara
yang dapat dikerjakan menggunakan alat mesin jig berkisar antara 3,4-7,6 mm.
2. Meja Goyang (Shaking Table)
Pemisahan batubara halus karena adanya
goyangan pada meja pemisah. Pada proses ini, partikel yang ringan akan
dipisahkan kea rah bawah, sedangkan partikel berat akan dialirkan kea rah samping. Ukuran yang dapat
dipisahkan adalah 0,15-6,4 mm.
3. Media Berat
Pemisahan batubara disebabkan adanya
media berat yang mendekati berat jenis pemisah. Batubara yang mempunyai berat
jenis kecil akan mengapung, kemudian dipisahkan. Keuntungan cara ini adalah
dapat memisahkan dengan baik pada batas-batas berat jenis yang umumnya
digunakan, selain itu dapat dikerjakan pada batas ukuran yang besar
jangkaunnya. Ukuran yang dapat dikerjakan adalah 0,59-20 mm.
4. Hidrosiklon
Pemisahan dilakukan pada alat yang berbentuk
mirip kerucut. Material yang mempunyai berat jenis besar maupun kecil
dipengaruhi pleh pergerakkan aliran ke atas dan adanya gaya sentrifugal.
Hidrosiklon biasa digunakan di Amerika untuk pemisahan batubara berukuran lebih
kecil dari 64 mm.
5. Humphrey Spiral
Pemisahan dilakukan pada alat yang
berbentuk spiral, lumpur (pulp) mengalir dari atas ke bawah sehingga akan
terjadi stratifikasi sepanjang spiral. Pemisahan dapat dilakukan menggunakan
pembagi, yaitu menjadi dua atau tiga produk. Biasanya dilakukan pada batubara
berukuran lebih kecil dari 3 mm.
6. Washer
Batubara kotor dialirkan dalam suatu
aliran air dalam tempat cuci berupa talangan (launcher). Partikel – partikel
berat akan mengendap pada bagian bawah, sedangkan batubara pada lapisan atas
akan terbawa aliran air. Alat ini biasanya digunakan untuk batubara dengan
ukuran berkisar 7,5 mm – 4 mesh.
7. Flotasi
Pencucian batubara menggunakan bantuan
collector, frother, modifier, dan adanya gelembung udara menyebabkan batubara
dapat dipisahkan dari pengotornya. Pencucian dengan cara ini dapat pula
mengurangi jumlah pirit, selain itu batubara yang berukuran halus pun dapat
diambil.
Terdapat pula pencucian secara kimia.
Dibandingkan dengan pencucian batubara secara fisik maka proses secara kimia
belum berkembang. Pada saat ini, pabrik pencucian batubara hanya memafaatkan
sisa-sisa pemisahan secara fisik saja, yaitu memisahkan batubara dari pengotor
atau abu, tetapi tidak menghilangi pirit dalam batubaranya.
B.
Gesekan
Pada Batubara
Sebelum mengetahui
lebih khusus pada pembahasan gesekan pada batubara ada baiknya kita memahami
dulu apa itu gaya gesek.
1.
Gaya
Gesek
Gaya gesek adalah gaya
yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda bergerak. Gaya
gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di
sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun
gas. Gaya gesek antara dua buah benda padat misalnya adalah gaya gesek statis
dan kinetis, sedangkan gaya antara benda padat dan cairan serta gas adalah gaya
Stokes.
Gaya gesek merupakan
akumulasi interaksi mikro antar kedua permukaan yang saling bersentuhan.
Gaya-gaya yang bekerja antara lain adalah gaya elektrostatik pada masing-masing
permukaan. Dulu diyakini bahwa permukaan yang halus akan menyebabkan gaya gesek
(atau tepatnya koefisien gaya gesek) menjadi lebih kecil nilainya dibandingkan
dengan permukaan yang kasar, akan tetapi dewasa ini tidak lagi demikian.
Konstruksi mikro (nano tepatnya) pada permukaan benda dapat menyebabkan gesekan
menjadi minimum, bahkan cairan tidak lagi dapat membasahinya (efek lotus).
Jenis gaya gesek ada 2
yaitu pertama Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang
tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat
mencegah benda meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis
umumnya dinotasikan dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien
gesek kinetis. Dan kedua Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua
benda bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek
kinetis umumnya dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari
gaya gesek statis untuk material yang sama.
2.
Gesekan
yang terjadi pada pertambangan Batubara dan akibatnya
Dalam pertambangan
batubara bisa kita baca diatas pada setiap prosesnya cenderung selalu ada
gesekan yang terjadi diddalamnya baik itu gesekan statis yaitu antara batubara
dengan alat pemroses batubara maupun gesekan dinamis yaitu gesekan atar batu
bara itu sendiri.
Dan hal itu bisa
berbahaya jika pada saat melakukan proses pengolahan batubara tersebut tidak
dilakukan dengan safety.
Batubara dapat menyala
secara spontan bila terdapat banyak aliran oksigen yang bereaksi dan
menimbulkan panas, bila penimbunan tak memiliki sistem pendinginan yang cukup
baik, serta oleh akibat oksidasi mineral pirit, sering menimbulkan pengapian spontan
yang seringkali terjadi dikarenakan adanya gesekan disaat pengolahan batubara.
“
Menurut Slamet (Manajer Operasi PT Anugerah Inti Mulia), pemicu kebakaran pada batu bara
ada tiga syarat yakni gesekan, oksidasi dan panas lingkungan. Apalagi batubara
mengandung gas metana sehingga akan mudah terbakar.
1“
Menurut Profesor David Cliff, pakar keselamatan
tambang dari University of Queensland, jauh lebih sulit memadamkan kebakaran di
tambang ketimbang di hutan.
"Tak
seperti kayu, saat batubara memanas, memiliki massa thermal yang amat sulit
dipadamkan. Batubara coklat Victoria ini batubara kelas rendah. Masih muda
secara geologis, dan rawan tersulut api. Ini tambang batubara dengan lapisan
yang tebal. Ketebalannya 30 meter dan amat dekat dengan permukaan. Jadi, apapun
yang masuk ke dalam tambang akan menyulut api di lapisan," jelasnya. 2 “
Bahaya kebakaran
batubara tidak hanya panasnya. Kebakaran macam ini menghasilkan abu, debu dan sulfur dioksida yang bisa mengganggu
masyarakat sekitar, dan juga menyumbang gas rumah kaca. Para pemadam kebakaran
seringkali kesusahan memadamkan kebakaran batubara. Cara memadamkan api ini
adalah dengan mendinginkan dan menjauhkannya dari udara. Namun, uap karbon
monoksida dan karbon dioksida dari api yang begitu besar bersifat beracun dalam
jarak dekat, dan luar biasa panas, jadi para pemadam tak bisa terlalu dekat.
"Anda harus awali
prosesnya dengan menyemprotkan air dalam jumlah banyak menggunakan selang air
tekanan tinggi dari jarak aman. Kemudian, saat anda mulai menurunkan suhu,
barulah anda bisa melakuan hal lain untuk menghalangi akses udara,"
tambahnya.
C.
Cara
penangulangan bahaya gesekan pada pertambangan batubara.
Menanggulangi batubara
terbakar distockpile. Dalam hal ini penanganan yang diajurkan adalah sebagai
berikut :
- Melakukan spreading / penyebaran untuk
mendinginkan batu bara.- Bila kondisi cukup parah, maka bagian batu bara
yangterbakar dapat dibuang.
- Memadatkan ( kompaksi ) batu bara yang mengalami
self heating atau sponcom.- Tidak diperbolehkan menggunakan air dalam
memadamkan batubara yang mengalami sponcom.
- Batu bara yang mengalami
sponcom tidak diperboleh langsung diloading ke tongkang sebelumdilakukan
pendinginan terlebih dahulu.
-Untuk penyetokan yang
relatif lama bagian atas stockpile harus dipadatkan ( kompaksi ), gunamengurai
resapan udara danair ke dalam stockpile
Mungkin anda pernah
melihat batubara terbakar dengan sendirinya baik itu di stockpile atau tambang.
Kejadian inimerupakan hal yang biasa mengingat batubara adalah bahan bakar
padat dimana unsur pembentuknya adalahtumbuhan yang mengandung carbon. Batubara
yang teronggok cukup lama di stockpile atau tambang bisa terbakardengan
sendirinya akibat proses oksidasi dimana oksigen masuk ke rongga-rongga dari
tumpukan batubara, akibatcuaca yang cukup panas dan disertai hujan serta angin
maka terjadilah gesekan oksigen dengan batubara yangteronggok yang sudah
mengandung uap air karena hujan dan panas. Dari sini terjadilah terjadi gesekan
panas danoksigen yang menimbulkan api yang menyebabkan terbakar dengan
sendirinya.
Oleh karenanya
management stockpile harus diperhatikan untuk menghindari batubara terbakar
dengan sendirinyadiantaranya :
1. Kondisi stockpile
harus berada diatas bukit (topografi bukit dengan elevasi yang tinggi).
2. Disekeliling
Stockpile harus ada drainage untuk menghindari terkumpulnya air akibat hujan.
3. Dari segi tumpukan
harus diperhatikan tinggi tumpukan batubara.
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gesekan pada
pertambangan batubara adalah bagian dari proses pengolahan danterjadi setiap
waktu, maka bahaya terjadinya kebakaran juga bisa terjadi setiap saat.
B.
Saran.
Sebaiknya setiap
perusahaan tambang yang melakukan proses penambangan batubara harus mempunyai
izin resmi yang legal dan bersertifikasi sehingga dalam proses pengolahan tentu
sudah mendahulukan keamanan tambang, baik pada proses penamngan pengolahan dan
saat pengiriman batubara lewat kapal, harus memperhatikan kondisi gesekan yang
terjadi pada batubara. Jangan sampai terjadi kebaran dikarenakan adanya gesekan
tersebut, pun jika terjadi kebakaran sudah siap menangulangi sesuai dengan
mekanisme penangulangan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA
-
https://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_gesek
-
https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bara
-
Probowati,Dyah.
2008. Batubara.Yogyakarta : PT Citra Aji Parama.
1.
https://www.tambang.co.id/venom-memutus-rantai-segitiga-api-batu-bara-2487/
2. http://internasional.kompas.com/read/2014/02/27/1202014/Kebakaran.Tambang.Batubara.Bisa.Bertahan.Ratusan.Tahun
Post a Comment for "Contoh Makalah GESEKAN DALAM PERTAMBANGAN BATUBARA"